|  | 
 | Keterangan Umum Unsur | 
 | Nama, Lambang, Nomor atom | oksigen, O, 8 | 
 | Deret kimia | non-logam | 
 | Golongan, Periode, Blok | 16, 2, p | 
 | Penampilan | tak berwarna 
  | 
 | Massa atom | 15,9994(3)  g/mol | 
 | Konfigurasi elektron | 1s2 2s2 2p4 | 
 | Jumlah elektron tiap kulit | 2, 6 | 
 | Ciri-ciri fisik | 
 | Fase | gas | 
 | Massa jenis | (0 °C; 101,325 kPa) 1,429 g/L
 | 
 | Titik lebur | 54,36 K (-218,79 °C, -361,82 °F)
 | 
 | Titik didih | 90,20 K (-182,95 °C, -297,31 °F)
 | 
 | Kalor peleburan | (O2) 0,444 kJ/mol | 
 | Kalor penguapan | (O2) 6,82 kJ/mol | 
 | Kapasitas kalor | (25 °C) (O2) 29,378 J/(mol·K)
 | 
 | Tekanan uap 
 | P/Pa | 1 | 10 | 100 | 1 k | 10 k | 100 k |   | pada T/K |  |  |  | 61 | 73 | 90 |  | 
 | Ciri-ciri atom | 
 | Struktur kristal | kubus | 
 | Bilangan oksidasi | −2, −1 (oksida netral)
 | 
 | Elektronegativitas | 3,44 (skala Pauling) | 
 | Energi ionisasi | pertama: 1313,9 kJ/mol | 
 | ke-2: 3388,3 kJ/mol | 
 | ke-3: 5300,5 kJ/mol | 
 | Jari-jari atom | 60 pm | 
 | Jari-jari atom (terhitung) | 48 pm | 
 | Jari-jari kovalen | 73 pm | 
 | Jari-jari Van der Waals | 152 pm | 
 | Lain-lain | 
 | Sifat magnetik | paramagnetik | 
 | Konduktivitas termal | (300 K) 26,58 mW/(m·K) | 
 | Kecepatan suara | (gas, 27 °C) 330 m/s | 
 | Isotop | 
 |  | 
 | Referensi | 
Oksigen atau 
zat asam adalah 
unsur kimia dalam sistem 
tabel periodik yang mempunyai lambang 
O dan 
nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan 
kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi 
oksida). Pada 
Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini 
berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas 
diatomik dengan rumus 
O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur 
paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa
 dan unsur paling melimpah di 
kerak Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi..
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti 
protein, 
karbohidrat, dan 
lemak, mengandung oksigen. Demikian pula 
senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk 
O2 dihasilkan dari air oleh 
sianobakteri, 
ganggang, dan tumbuhan selama 
fotosintesis, dan digunakan pada 
respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme 
anaerob, yang merupakan bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. 
O2 kemudian mulai berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 milyar tahun yang lalu. Terdapat pula 
alotrop oksigen lainnya, yaitu 
ozon (
O3). 
Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi 
biosfer dari 
radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari 
asbut.
Oksigen secara terpisah ditemukan oleh 
Carl Wilhelm Scheele di 
Uppsala pada tahun 1773 dan 
Joseph Priestley di 
Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Istilah 
oxygen diciptakan oleh 
Antoine Lavoisier pada tahun 1777, yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan 
teori flogiston pembakaran dan 
korosi yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan 
distilasi bertingkat udara cair, dengan munggunakan 
zeolit untuk memisahkan 
karbon dioksida dan 
nitrogen dari udara, ataupun 
elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga digunakan sebagai 
propelan roket, untuk 
terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan pada 
pesawat terbang, 
kapal selam, 
penerbangan luar angkasa, dan 
penyelaman.
Karakteristik
Struktur
Pada 
temperatur dan tekanan standar, oksigen berupa gas tak berwarna dan tak berasa dengan rumus kimia 
O2, di mana dua atom oksigen secara kimiawi berikatan dengan 
konfigurasi elektron triplet spin. Ikatan ini memiliki 
orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana sebagai 
ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron.
Oksigen triplet merupakan 
keadaan dasar molekul 
O2. Konfigurasi elektron molekul ini memiliki dua elektron tak berpasangan yang menduduki dua 
orbital molekul yang berdegenerasi. Kedua orbital ini dikelompokkan sebagai 
antiikat  (melemahkan orde ikatan dari tiga menjadi dua), sehingga ikatan oksigen  diatomik adalah lebih lemah daripada ikatan rangkap tiga 
nitrogen.
Dalam bentuk triplet yang normal, molekul 
O2 bersifat 
paramagnetik oleh karena 
spin momen magnetik elektron tak berpasangan molekul tersebut dan 
energi pertukaran negatif antara molekul 
O2 yang bersebelahan. Oksigen cair akan tertarik kepada 
magnet, sedemikiannya pada percobaan laboratorium, jembatan oksigen cair akan terbentuk di antara dua kutub magnet kuat.
Oksigen singlet, adalah nama molekul oksigen 
O2 yang kesemuaan spin elektronnya berpasangan. Ia lebih reaktif terhadap 
molekul organik pada umumnya. Secara alami, oksigen singlet umumnya dihasilkan dari air selama fotosintesis. Ia juga dihasilkan di 
troposfer melalui fotolisis ozon oleh sinar berpanjang gelombang pendek, dan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai sumber oksigen aktif.
[14] Karotenoid  pada organisme yang berfotosintesis (kemungkinan juga ada pada hewan)  memainkan peran yang penting dalam menyerap oksigen singlet dan  mengubahnya menjadi berkeadaan dasar tak tereksitasi sebelum ia  menyebabkan kerusakan pada jaringan.
  
   Ozon merupakan gas langka pada bumi yang dapat ditemukan di 
stratosfer.
 
 Alotrop
Alotrop oksigen elementer yang umumnya ditemukan di bumi adalah dioksigen 
O2. Ia memiliki panjang ikat 121 
pm dan energi ikat 498 
kJ·mol-1. Altrop oksigen ini digunakan oleh makhluk hidup dalam 
respirasi sel dan merupakan komponen utama atmosfer bumi.
Trioksigen (
O3), dikenal sebagai 
ozon, merupakan alotrop oksigen yang sangat reaktif dan dapat merusak jaringan paru-paru. Ozon diproduksi di atmosfer bumi ketika 
O2 bergabung dengan oksigen atomik yang dihasilkan dari pemisahan 
O2 oleh radiasi 
ultraviolet (UV). Oleh karena ozon menyerap gelombang UV dengan sangat kuat, 
lapisan ozon yang berada di atmosfer berfungsi sebagai perisai radiasi yang melindungi planet. Namun, dekat permukaan bumi, ozon merupakan polutan udara yang dibentuk dari produk sampingan pembakaran otomobil.
Molekul 
metastabil tetraoksigen (
O4) ditemukan pada tahun 2001, dan diasumsikan terdapat pada salah satu enam fase 
oksigen padat. Hal ini dibuktikan pada tahun 2006, dengan menekan 
O2 sampai dengan 20 
GPa, dan ditemukan struktur gerombol 
rombohedral O8. Gerombol ini berpotensi sebagai 
oksidator yang lebih kuat daripada 
O2 maupun 
O3, dan dapat digunakan dalam 
bahan bakar roket.
[19][20] Fase logam oksigen ditemukan pada tahun 1990 ketika oksigen padat ditekan sampai di atas 96 GPa. Ditemukan pula pada tahun 1998 bahwa pada suhu yang sangat rendah, fase ini menjadi 
superkonduktor.
 Sifat fisik
  
   Warna oksigen cair adalah biru seperti warna biru langit. Fenomena ini tidak berkaitan; warna biru langit disebabkan oleh 
penyebaran Rayleigh.
 
 Oksigen lebih 
larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar satu molekul 
O2 untuk setiap dua molekul 
N2,  bandingkan dengan rasio atmosferik yang sekitar 1:4. Kelarutan oksigen  dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0 °C, konsentrasi oksigen  dalam air adalah 14,6 mg·L
−1, manakala pada suhu 20 °C oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mg·L
−1. Pada suhu 25 °C dan 1 
atm udara, air tawar mengandung 6,04 
mililiter (mL) oksigen per 
liter, manakala dalam 
air laut mengandung sekitar 4,95 mL per liter.  Pada suhu 5 °C, kelarutannya bertambah menjadi 9,0 mL (50% lebih banyak  daripada 25 °C) per liter untuk air murni dan 7,2 mL (45% lebih) per  liter untuk air laut.
Oksigen mengembun pada 90,20 
K (−182,95 °C, −297,31 °F), dan membeku pada 54.36 K (−218,79 °C, −361,82 °F).  Baik oksigen cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal ini  dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen cair dengan kadar  kemurnian yang tinggi biasanya didapatkan dengan 
distilasi bertingkat udara cair;  Oksigen cair juga dapat dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan  nitrogen cair dengan pendingin. Oksigen merupakan zat yang sangat  reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Isotop
Oksigen yang dapat ditemukan secara alami adalah 
16O, 
17O, dan 
18O, dengan 
16O merupakan yang paling melimpah (99,762%).Isotop oksigen dapat berkisar dari yang ber
nomor massa 12 sampai dengan 28.
Kebanyakan 
16O di 
disintesis pada akhir proses 
fusi helium pada 
bintang, namun ada juga beberapa yang dihasilkan pada proses pembakaran neon.
17O utamanya dihasilkan dari pembakaran hidrogen menjadi 
helium semasa 
siklus CNO, membuatnya menjadi isotop yang paling umum pada zona pembakaran hidrogen bintang. Kebanyakan 
18O diproduksi ketika 
14N (berasal dari pembakaran CNO) menangkap inti 
4He, menjadikannya bentuk isotop yang paling umum di zona kaya helium bintang.
Empat belas 
radioisotop telah berhasil dikarakterisasi, yang paling stabil adalah 
15O dengan 
umur paruh 122,24 detik  dan 
14O dengan umur paruh 70,606 detik.  Isotop radioaktif sisanya memiliki umur paruh yang lebih pendek  daripada 27 detik, dan mayoritas memiliki umur paruh kurang dari 83  milidetik. 
Modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih ringan dari 
16O adalah 
penangkapan elektron, menghasilkan nitrogen, sedangkan modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih berat daripada 
18O adalah 
peluruhan beta, menghasilkan 
fluorin.
Keberadaan
Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di  biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Oksigen merupakan unsur kimia  paling melimpah ketiga di alam semesta, setelah hidrogen dan helium. Sekitar 0,9% massa 
Matahari adalah oksigen. Oksigen mengisi sekitar 49,2% massa 
kerak bumi dan merupakan komponen utama dalam samudera (88,8% berdasarkan massa). Gas oksigen merupakan komponen paling umum kedua dalam 
atmosfer bumi, menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa (sekitar 10
15 ton) atmosfer. Bumi memiliki ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan planet-planet lainnya dalam 
sistem tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen yang tinggi di atmosfernya. Bandingkan dengan 
Mars yang hanya memiliki 0,1% 
O2 berdasarkan volume dan 
Venus yang bahkan memiliki kadar konsentrasi yang lebih rendah. Namun, 
O2  yang berada di planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi  ultraviolet yang menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya 
karbon dioksida.
  
   Air dingin melarutkan lebih banyak O2.
 
 Konsentrasi gas oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan akibat dari 
siklus oksigen. 
Siklus biogeokimia ini menjelaskan pergerakan oksigen di dalam dan di antara tiga reservoir utama bumi: atmosfer, 
biosfer, dan 
litosfer. Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah 
fotosintesis. Fotosintesis melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala 
respirasi dan proses 
pembusukan menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan 
kesetimbangan, laju produksi dan konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di atmosfer setiap tahunnya.
Oksigen bebas juga terdapat dalam air sebagai larutan. Peningkatan kelarutan 
O2  pada temperatur yang rendah memiliki implikasi yang besar pada  kehidupan laut. Lautan di sekitar kutub bumi dapat menyokong kehidupan  laut yang lebih banyak oleh karena kandungan oksigen yang lebih tinggi. 
Air yang terkena polusi dapat mengurangi jumlah 
O2 dalam air tersebut. Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan mengukur 
kebutuhan oksigen biologis atau jumlah 
O2 yang diperlukan untuk mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu seperti semula.
Peranan biologis
Fotosintesis dan respirasi
  
   Fotosintesis menghasilkan O2
 
 Di alam, oksigen bebas dihasilkan dari 
fotolisis air selama 
fotosintesis oksigenik. 
Ganggang hijau dan 
sianobakteri  di lingkungan lautan menghasilkan sekitar 70% oksigen bebas yang  dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan oleh tumbuhan daratan.
Persamaan kimia yang sederhana untuk fotosintesis adalah:
- 
- 6CO2 + 6H2O + foton → C6H12O6 + 6O2
 
Evolusi oksigen fotolitik terjadi di 
membran tilakoid organisme dan memerlukan energi empat 
foton. Terdapat banyak langkah proses yang terlibat, namun hasilnya merupakan pembentukan gradien 
proton di seluruh permukaan tilakod. Ini digunakan untuk mensintesis 
ATP via 
fotofosforilasi. 
O2 yang dihasilkan sebagai produk sampingan kemudian dilepaskan ke atmosfer.
Dioksigen molekuler, 
O2, sangatlah penting untuk 
respirasi sel organisme aerob. Oksigen digunakan di 
mitokondria untuk membantu menghasilkan 
adenosina trifosfat (ATP) selama 
fosforilasi oksidatif. Reaksi respirasi aerob ini secara garis besar merupakan kebalikan dari fotosintesis, secara sederhana:
- 
- C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 2880 kJ·mol-1
 
Pada 
vetebrata, 
O2 berdifusi melalui membran paru-paru dan dibawa oleh 
sel darah merah. 
Hemoglobin mengikat 
O2, mengubah warnanya dari merah kebiruan menjadi merah cerah..Terdapat pula hewan lainnya yang menggunakan 
hemosianin (hewan 
moluska dan beberapa 
antropoda) ataupun 
hemeritrin (
laba-laba dan 
lobster). Satu liter darah dapat melarutkan 200 cc 
O2.
Spesi oksigen yang reaktif, misalnya ion 
superoksida (O
2−) dan 
hidrogen peroksida (
H2O2), adalah produk sampingan penggunaan oksigen dalam tubuh organisme. Namun, bagian 
sistem kekebalan  organisme tingkat tinggi pula menghasilkan peroksida, superoksida, dan  oksigen singlet untuk menghancurkan mikroba. Spesi oksigen reaktif juga  memainkan peran yang penting pada 
respon hipersensitif tumbuhan melawan serangan patogen.
Dalam keadaan istirahai, manusia dewasa 
menghirup 1,8 sampai 2,4 gram oksigen per menit.
 Jumlah ini setara dengan 6 milyar ton oksigen yang dihirup oleh seluruh manusia per tahun.
Penumpukan oksigen di atmosfer
  
   Peningkatan kadar O2 di atmosfer bumi: 1) tiada O2 yang dihasilkan; 2) O2 dihasilkan, namun diserap samudera dan batuan dasar laut; 3) O2 mulai melepaskan diri dari samuder, namun diserap oleh permukaan tanah dan pembentukan lapisan ozon; 4-5) gas O2 mulai berakumulasi
 
 Gas oksigen bebas hampir tidak terdapat pada 
atmosfer bumi sebelum munculnya 
arkaea dan 
bakteri fotosintetik. Oksigen bebas pertama kali muncul dalam kadar yang signifikan semasa masa 
Paleoproterozoikum (antara 2,5 sampai dengan 1,6 milyar tahun yang lalu). Pertama-tama, oksigen bersamaan dengan 
besi yang larut dalam samudera, membentuk formasi pita besi (
Banded iron formation).  Oksigen mulai melepaskan diri dari samudera 2,7 milyar tahun lalu, dan  mencapai 10% kadar sekarang sekitar 1,7 milyar tahun lalu.
Keberadaan oksigen dalam jumlah besar di atmosfer dan samudera kemungkinan membuat kebanyakan 
organisme anaerob hampir 
punah semasa 
bencana oksigen sekitar 2,4 milyar tahun yang lalu. Namun, 
respirasi sel yang menggunakan O
2 mengijinkan 
organisme aerob untuk memproduksi lebih banyak ATP daripada organisme anaerob, sehingga organisme aerob mendominasi 
biosfer bumi. Fotosintesis dan respirasi seluler 
O2 mengijinkan berevolusinya 
sel eukariota dan akhirnya berevolusi menjadi organisme multisel seperti tumbuhan dan hewan.
Sejak permulaan era 
Kambrium 540 juta tahun yang lalu, kadar 
O2 berfluktuasi antara 15% sampai 30% berdasarkan volume. Pada akhir masa 
Karbon, kadar 
O2 atmosfer mencapai maksimum dengan 35% berdasarkan volume, mengijinkan serangga dan amfibi tumbuh lebih besar daripada ukuran sekarang. Aktivitas manusia, meliputi pembakaran 7 milyar 
ton bahan bakar fosil  per tahun hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap penurunan  kadar oksigen di atmosfer. Dengan laju fotosintesis sekarang ini,  diperlukan sekitar 2.000 tahun untuk memproduksi ulang seluruh 
O2 yang ada di atmosfer sekarang.
Sejarah
Percobaan awal
  
   Percobaan Philo yang menginspirasi para peneliti selanjutnya
 
 Salah satu percobaan pertama yang menginvestigasi hubungan antara 
pembakaran dengan udara dilakukan oleh seorang penulis 
Yunani abad ke-2, 
Philo dari Bizantium. Dalam karyanya 
Pneumatica,  Philo mengamati bahwa dengan membalikkan labu yang di dalamnnya  terdapat lilin yang menyala dan kemudian menutup leher labu dengan air  akan mengakibatkan permukaan air yang terdapat dalam leher labu tersebut  meningkat. Philo menyimpulkan bahwa sebagian udara dalam labu tersebut diubah menjadi unsur 
api, sehingga dapat melepaskan diri dari labu melalui pori-pori kaca. Beberapa abad kemudian, 
Leonardo da Vinci merancang eksperimen yang sama dan mengamati bahwa udara dikonsumsi selama pembakaran dan 
respirasi.
Pada akhir abad ke-17, 
Robert Boyle membuktikan bahwa udara diperlukan dalam proses pembakaran. Kimiawan Inggris, 
John Mayow, melengkapi hasil kerja Boyle dengan menunjukkan bahwa hanya sebagian komponen udara yang ia sebut sebagai 
spiritus nitroaereus atau 
nitroaereus yang diperlukan dalam pembakaran.  Pada satu eksperimen, ia menemukan bahwa dengan memasukkan seekor tikus  ataupun sebatang lilin ke dalam wadah penampung yang tertutup oleh  permukaan air akan mengakibatkan permukaan air tersebut naik dan  menggantikan seperempatbelas volume udara yang hilang. Dari percobaan ini, ia menyimpulkan bahwa 
nitroaereus digunakan dalam proses 
respirasi dan 
pembakaran.
Mayow mengamati bahwa berat 
antimon akan meningkat ketika dipanaskan. Ia menyimpulkan bahwa 
nitroaereus haruslah telah bergabung dengan antimon. Ia juga mengira bahwa paru-para memisahkan 
nitroaereus dari udara dan menghantarkannya ke dalam darah, dan panas tubuh hewan serta pergerakan otot akan mengakibatkan reaksi 
nitroaereus dengan zat-zat tertentu dalam tubuh. Laporan seperti ini dan pemikiran-pemikiran serta percobaan-percobaan lainnya dipublikasikan pada tahun 1668 dalam karyanya 
Tractatus duo pada bagian "De respiratione".
Teori flogiston
  
   Stahl membantu mengembangkan dan mempopulerkan teori flogiston.
  
 Dalam percobaan 
Robert Hooke, 
Ole Borch, 
Mikhail Lomonosov,  dan Pierre Bayen, percobaan mereka semuanya menghasilkan oksigen, namun  tiada satupun dari mereka yang mengenalinya sebagai unsur. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh prevalensi filosofi 
pembakaran dan 
korosi yang dikenal sebagai teori flogiston.
Teori flogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, 
J. J. Becher pada tahun 1667, dan dimodifikasi oleh kimiawan 
Georg Ernst Stahl pada tahun 1731.  Teori flogiston menyatakan bahwa semua bahan yang dapat terbakar  terbuat dari dua bagian komponen. Salah satunya adalah flogiston, yang  dilepaskan ketika bahan tersebut dibakar, sedangkan bagian yang tersisa  setelah terbakar merupakan bentuk asli materi tersebut.
Bahan-bahan yang terbakar dengan hebat dan meninggalkan sedikit  residu (misalnya kayu dan batu bara), dianggap memiliki kadar flogiston  yang sangat tinggi, sedangkan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar dan  berkorosi (misalnya besi), mengandung sangat sedikit flogiston. Udara  tidak memiliki peranan dalam teori flogiston. Tiada eksperimen  kuantitatif yang pernah dilakukan untuk menguji keabsahan teori  flogiston ini, melainkan teori ini hanya didasarkan pada pengamatan  bahwa ketika sesuatu terbakar, kebanyakan objek tampaknya menjadi lebih  ringan dan sepertinya kehilangan sesuatu selama proses pembakaran  tersebut. Fakta bahwa materi seperti kayu sebenarnya 
bertambah  berat dalam proses pembakaran tertutup oleh gaya apung yang dimiliki  oleh produk pembakaran yang berupa gas tersebut. Sebenarnya pun, fakta  bahwa logam akan bertambah berat ketika berkarat menjadi petunjuk awal  bahwa teori flogiston tidaklah benar (yang mana menurut teori flogiston,  logam tersebut akan menjadi lebih ringan).
  
   Carl Wilhelm Scheele mendahului Priestley dalam penemuan oksigen, namun publikasinya dilakukan setelah Priestley.
  
  Penemuan
Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat 
Carl Wilhelm Scheele. Ia menghasilkan gas oksigen dengan mamanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat sekitar tahun 1772.  Scheele menyebut gas ini 'udara api' karena ia murupakan satu-satunya  gas yang diketahui mendukung pembakaran. Ia menuliskan pengamatannya ke  dalam sebuah manuskrip yang berjudul 
Treatise on Air and Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya pada tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.
Pada saat yang sama, seorang pastor 
Britania, 
Joseph Priestley, melakukan percobaan yang memfokuskan cahaya matahari ke 
raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas pada tanggal 1 Augustus 1774. Percobaan ini menghasilkan gas yang ia namakan 'dephlogisticated air'.
[3]  Ia mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut  dan seekor tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika  menghirup udara tersebut. Setelah mencoba menghirup gas itu sendiri, ia  menulis: "The feeling of it to my lungs was not sensibly different from  that of common air, but I fancied that my breast felt peculiarly light  and easy for some time afterwards."  Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam sebuah  laporan yang berjudul "An Account of Further Discoveries in Air".  Laporan ini pula dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul 
Experiments and Observations on Different Kinds of Air.  Oleh karena ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu, Priestley  biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.
Seorang kimiawan Perancis, 
Antoine Laurent Lavoisier  kemudian mengklaim bahwa ia telah menemukan zat baru secara independen.  Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier pada Oktober 1774 dan  memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta bagaimana ia  menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah surat  kepada Lavoisier pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya  mengenai zat yang tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui  menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini ditemukan dalam  barang-barang pribadi Scheele setelah kematiannya).
 Kontribusi Lavoisier
Apa yang Lavoisier tidak terbantahkan pernah lakukan (walaupun pada  saat itu dipertentangkan) adalah percobaan kuantitatif pertama mengenai 
oksidasi yang mengantarkannya kepada penjelasan bagaimana proses pembakaran bekerja.  Ia menggunakan percobaan ini beserta percobaan yang mirip lainnya untuk  meruntuhkan teori flogiston dan membuktikan bahwa zat yang ditemukan  oleh Priestley dan Scheele adalah 
unsur kimia.
Pada satu eksperimen, Lavoisier mengamati bahwa tidak terdapat keseluruhan peningkatan berat ketika 
timah dan udara dipanaskan di dalam wadah tertutup.  Ia mencatat bahwa udara segera masuk ke dalam wadah seketika ia membuka  wadah tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian udara yang  berada dalam wadah tersebut telah dikonsumsi. Ia juga mencatat bahwa  berat timah tersebut juga telah meningkat dan jumlah peningkatan ini  adalah sama beratnya dengan udara yang masuk ke dalam wadah tersebut.  Percobaan ini beserta percobaan mengenai pembakaran lainnya  didokumentasikan ke dalam bukunya 
Sur la combustion en général yang dipublikasikan pada tahun 1777.  Hasil kerjanya membuktikan bahwa udara merupakan campuran dua gas,  'udara vital', yang diperlukan dalam pembakaran dan respirasi, serta 
azote (Bahasa Yunani 
ἄζωτον "tak bernyawa"), yang tidak mendukung pembakaran maupun respirasi. 
Azote kemudian menjadi apa yang dinamakan sebagai 
nitrogen, walaupun dalam Bahasa Perancis dan beberapa bahasa Eropa lainnya masih menggunakan nama 
Azote.
Lavoisier menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi 
oxygène pada tahun 1777. Nama tersebut berasal dari akar kata 
Yunani ὀξύς (oxys) (
asam, secara harfiah "tajam") dan 
-γενής (-genēs)  (penghasil, secara harfiah penghasil keturunan). Ia menamainya demikian  karena ia percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari semua asam. Ini tidaklah benar, namun pada saat para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama 
oxygène  telah digunakan secara luas dan sudah terlambat untuk menggantinya.  Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk disebut sebagai "penghasil asam"  adalah 
hidrogen.
Oxygène kemudian diserap menjadi 
oxygen dalam bahasa  Inggris walaupun terdapat penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris  dikarenakan bahwa adalah seorang Inggris, Priestley, yang pertama kali  mengisolasi serta menuliskan keterangan mengenai gas ini. Penyerapan ini  secara sebagian didorong oleh sebuah puisi berjudul "Oxygen" yang  memuji gas ini dalam sebuah buku populer 
The Botanic Garden (1791) oleh 
Erasmus Darwin, kakek 
Charles Darwin.
Sejarah selanjutnya
  
   Robert H. Goddard dengan roket berbahan bakar campuran bensin dan oksigen cair rancangannya
 
 Hipotesis atom awal 
John Dalton  berasumsi bahwa semua unsur berupa monoatomik dan atom-atom dalam suatu  senyawa akan memiliki rasio atom paling sederhana terhadap satu sama  lainnya. Sebagai contoh, Dalton berasumsi bahwa rumus air adalah HO,  sehingga 
massa atom oksigen adalah 8 kali massa hidrogen (nilai yang sebenarnya adalah 16). Pada tahun 1805, 
Joseph Louis Gay-Lussac dan 
Alexander von Humboldt  menunjukkan bahwa air terbentuk dari dua volume hidrogen dengan satu  volume oksigen; dan pada tahun 1811, berdasarkan apa yang sekarang  disebut 
hukum Avogadro dan asumsi molekul unsur diatomik, 
Amedeo Avogadro memperkirakan komposisi air dengan benar.
Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan menyadari bahwa udara dapat  dicairkan dan komponen-komponennya dapat dipisahkan dengan mengkompres  dan mendinginkannya. Kimiawan dan fisikawan Swiss, 
Raoul Pierre Pictet, menguapkan cairan 
sulfur dioksida untuk mencairkan 
karbon dioksida,  yang mana pada akhirnya diuapkan untuk mendinginkan gas oksigen menjadi  cairan. Ia mengirim sebuah telegram pada 22 Desember 1877 kepada  Akademi Sains Prancis di Paris dan mengumumkan penemuan 
oksigen cairnya. Dua hari kemudian, fisikawan Perancis 
Louis Paul Cailletet mengumumkan metodenya untuk mencairkan oksigen molekuler.  Hanya beberapa tetes cairan yang dihasilkan sehingga tidak ada analisis  berarti yang dapat dilaksanakan. Oksigen berhasil dicairkan ke dalam  keadaan stabil untuk pertama kalinya pada 29 Maret 1877 oleh ilmuwan  Polandia dari 
Universitas Jagiellonian, 
Zygmunt Wróblewski dan 
Karol Olszewski.
Pada tahun 1891, kimiawan Skotlandia 
James Dewar berhasil memproduksi oksigen cair dalam jumlah yang cukup banyak untuk dipelajari. Proses produksi oksigen cair secara komersial dikembangkan secara terpisah pada tahun 1895 oleh insinyur Jerman 
Carl von Linde  dan insinyur Britania William Hampson. Kedua insinyur tersebut  menurunkan suhu udara sampai ia mencair dan kemudian mendistilasi udara  cair tersebut. Pada tahun 1901, pengelasan oksiasetilena didemonstrasikan untuk pertama kalinya dengan membakar campuran 
asetilena dan 
O2 yang dimampatkan. Metode pengelasan dan pemotongan logam ini pada akhirnya digunakan secara meluas.
Pada tahun 1923, ilmuwan Amerika 
Robert H. Goddard menjadi orang pertama yang mengembangkan 
mesin roket; mesin ini menggunakan 
bensin sebagai bahan bakar dan oksigen cair sebagai 
oksidator. Goddard berhasil menerbangkan roket kecil sejauh 56 m dengan kecepatan 97 km/jam pada 16 Maret 1926 di 
Auburn, Massachusetts, USA.
Senyawa oksigen
  
   Air (
H2O) adalah senyawa oksigen yang paling dikenal.
  
 Keadaan oksidasi  okesigen adalah -2 untuk hampir semua senyawa oksigen yang diketahui.  Keadaan oksidasi -1 ditemukan pada beberapa senyawa seperti 
peroksida. Senyawa oksigen dengan keadaan oksidasi lainnya sangat jarang ditemukan, yakni -1/2 (
superoksida), -1/3 (
ozonida), 0 (
asam hipofluorit), +1/2 (
dioksigenil), +1 (
dioksigen difluorida), dan +2 (
oksigen difluorida).
[sunting] Senyawa oksida dan senyawa anorganik lainnya
Air (
H2O) adalah oksida 
hidrogen dan merupakan senyawa oksigen yang paling dikenal. Atom hidrogen secara 
kovalen  berikatan dengan oksigen. Selain itu, atom hidrogen juga berinteraksi  dengan atom oksigen dari molekul air lainnya (sekitar 23,3 kJ·mol
−1 per atom hidrogen).
 Ikatan hidrogen antar molekul air ini menjaga kedua molekul 15% lebih dekat daripada yang diperkirakan apabila hanya memperhitungkan 
gaya Van der Waals.
  
   Senyawa oksida seperti 
besi oksida atau karat terbentuk ketika oksigen bereaksi dengan unsur lainnya.
 
 Oleh karena 
elektronegativitasnya, oksigen akan membentuk 
ikatan kimia dengan hampir semua unsur lainnya pada suhu tinggi dan menghasilkan senyawa 
oksida. Namun, terdapat pula beberapa unsur yang secara spontan akan membentuk oksida pada suhu dan tekanan standar. Per
karatan besi merupakan salah satu contohnya. Permukaan logam seperti 
aluminium dan 
titanium  teroksidasi dengan keberadaan udara dan membuat permukaan logam  tersebut tertutupi oleh lapisan tipis oksida. Lapisan oksida ini akan  mencegah korosi lebih lanjut. Beberapa senyawa oksida logam transisi  ditemukan secara alami sebagai senyawa non-stoikiometris. Sebagai  contohnya, 
FeO (
wustit) sebenarnya berumus 
Fe1 − xO, dengan 
x biasanya sekitar 0,05.
Di atmosfer pula, kita dapat menemukan sejumlah kecil oksida karbon, yaitu 
karbon dioksida (
CO2). Pada 
kerak bumi pula dapat ditemukan berbagai senyawa oksida, yakni oksida silikon (
Silika SO2) yang ditemukan pada 
granit dan 
pasir, oksida aluminium (
aluminium oksida Al2O3 yang ditemukan pada 
bauksit dan 
korundum), dan oksida besi (
besi(III) oksida Fe2O3) yang ditemukan pada 
hematit dan 
karat logam.